June 03, 2007

What's Life??

What’s life? Sebesar apa masalah yang kita hadapi saat ini? Percaya tidak, kalau besar kecilnya masalah itu sebenarnya tergantung cara pandang kita terhadap masalah itu sendiri, dari sudut mana kita melihat masalah itu? Percaya syukur, nggak percaya ya gak apa-apa, he he he Sebenarnya saat menulis ini saya sedang sedih, atau tepatnya prihatin sekali dengan seorang teman saya, dia sedang di hadapkan pada masalah berat, dan terkadang yang membuat saya agak jengkel adalah masalah itu memang dia sendiri yang buat. Saya menyayanginya, makanya saya sering mencerewetinya, karena saya takut dia berbuat nekad dan macam-macam di saat dia merasa tidak mampu menghadapi masalahnya itu. Sungguh saya takut. Teman saya orangnya ingin selalu untung, dan sama sekali tidak mau rugi “ bagus ! “ kata saya, “ tapi, apa iya hidup itu selalu beruntung? “ Tanya saya menyambung ucapan saya terdahulu, dengan rasa percaya diri yang kuat dia bilang “ aku nggak mau tahu, pokoknya aku nggak mau rugi, kalau orang lain bisa deal ya, Ok, nggak bisa ya udah “ begitu jawabnya, saya tersenyum “ semoga kamu selalu beruntung “ dalam hati saya berkata “ dan semoga kamu selalu bertemu dengan orang yang baik “ masih dalam hati saya berkata. Suatu hari motor teman saya hilang, dan beruntun dengan itu timbul juga masalah keluarganya, ayahnya ketahuan selingkuh dan dikeluarkan dari tempat kerjanya. Saya sangat trenyuh dengan keadaan teman saya, bagaimana tidak, lha wong dia punya 4 adik yang masih kecil-kecil. Tapi, bukan hidup namanya kalau tidak bertemu dengan masalah. Tapi, sekali lagi, besar kecilnya masalah itu sebenarnya tergantung dari mana kita memandang masalah itu. Kalau dari sisi kehilangan dan di PHK nya ayah teman saya itu, masalah terasa sangat berat, namun jika teman saya mau mencari hikma di balik musibah itu, mungkin teman saya bisa sedikit tidak mengkambing hitamkan nasib. Musibah, masalah yang menimpah kita kan memang berasal dari kita sendiri. Tapi, apa iya kita mau mengerti itu. Saya sering mencereweti dia, bukan karena saya jengkel atau apa, tapi karena saya kasihan saja, saya ingin dia berubah. Masalahnya dia tidak pernah mau berubah dan terjebak dalam prinsip yang salah. Dia selalu berpikir bahwa orang lain harus mau rugi untuknya, siapa yang mau rugi?. Saya pernah mencoba bicara padanya, bahwa sebagai mahluk social kita harus mau memberi dan menerima. But, I’m so sad, dia berpikir salah tentang ucapan saya itu. Mulai hari itu saya memberi tahu diri saya sendiri agar membiarkan apapun yang dia lakukan, begitu juga dengan teman-teman saya yang lain, dia sudah enggan peduli dengan apapun yang dia lakukan, dan teman saya ini merasa tidak diperhatikan. See, kita tahu kan kalau masalah datang dari kita sendiri. Teman saya menghilang selama beberapa hari, tidak pulang. Saya mencoba bertanya di mana dia, dia hanya bilang ada di suatu tempat, dan saya tidak usah khawatir. Saya cek ke tempat kerjanya via telephone, bossnya bilang ada tapi mukanya sangat kusut seperti orang bangun tidur, sangat sayang, teman saya ini sangat cantik, and everymen wants her, of course out of her personality. She absolutely damages her own life. Saya dan teman-teman lain benar-benar sedih kalau ternyata perhatian dan kebaikan kami selama ini buat dia tidak berarti apa-apa. Dia masih merasa sendirian, tahu kenapa? Karena dia tetap keukeh dengan untuk berpegang teguh pada prinsipnya yang salah itu, and it doesn’t fit us. Kami sangat menyayangi teman kami ini, kami selalu berusaha untuk mengingatkan dia saat dia mulai melakukan sesuatu yang akan membawahnya ke dalam masalah-masalah barunya, seperti halnya yang sudah kami lakukan satu sama lain seperti dulu. Namun, teman saya ini tidak pernah mau mendengarkan kami, karena dia selalu berpikir apa yang dialakukan sudah benar. Ya, sudah. Dia selalu meminta nasehat, masukan, namun dia tidak pernah memakai nasehat dan masukan kami. Teman saya adalah orang yang baik dan sangat bertanggung jawab kepada adik-adiknya, tapi dia selalu mengambil langkah yang salah dalam hidupnya, karena dia tidak pernah mau mendengarkan pendapat orang lain, in other words dia merasa bahwa dia selalu benar. Dan setiap dia mendapatkan masalah dia cenderung lari dari masalah itu, dia ingin menyelesaikan masalahnya, namun tidak pernah ada kemauan untuk menyelesaikannya. Saya jadi ingat, satu nasehat dari guru saya saat ikut pelatihan ESQ “ Don’t expect too much, coz’ you will get nothing “ dan guru saya dalam dunia kerja bilang “ Jika kamu berharap yang enak-enak, maka yang akan kamu dapatkan adalah ketidak enakan “ dua guru saya itu mungkin bermaksud mengatakan bahwa “ kita harus mau mengalami sesuatu yang tidak enak dulu, untuk merasakan yang enak-enak “. Life isn’t clear.

No comments: