June 03, 2007

Harri ini

Ini adalah kesekian kalinya saya merasa terombang-ambing oleh keadaan Dan juga hati nurani saya sendiri Padahal, saya itu jenis orang yang percaya bahwa mata hati bisa melihat 70 kali lebih tajam dari indera mata, Tapi mata hati saya sepertinya mengalami kerabunan sehingga saya tidak mampu membuat satu keputusan yang bisa saya percaya; Kenapa saya jadi manusia yang lebih senang menaruh keputusan dalam hidup saya pada orang lain? Kenapa saya jadi senang tergantung pada orang lain? Apakah ini bukti dari kemunduran kualitas diri saya sebagai manusia yang berkepribadian? Ataukah ini bukti kalau saya memang tidak bisa berdiri sendiri dan membutuhkan bantuan? Atau saya orang yang tidak berkepribadian?. Sebenarnya ini bukan kali kedua, ataupun ketiga saya mengalaminya, sudah sering, namun untuk kali ini sepertinya saya benar-benar merasa menthok tidak tahu harus membuat keputusan apa. Sebenarnya saya sudah tahu keputusan apa yang akan saya ambil namun, saya masih punya perasaan ragu dan takut akan kemampuan saya jika saya mengambill keputusan itu. Takut jika gagal, walaupun kegagalan adalah hal yang biasa buat saya, tapi yang saya takutkan bukan pada diri saya sendiri, terlebih orang lain, apa mereka bisa menerima kegagalan saya tanpa caci maki? Di samping itu sebenarnya saya juga yakin kalau saya akan berhasil, walau itu butuh proses dengan orang-orang terdekat saya? Saya terlalu memikirkan, tapi siapa yang akan sabar dengan proses itu? Saya sabar, bagaimana orang lain? Ya, pasti!karena saya tidak hidup di dalam hutan sendirian, saya hidup dengan orang lain yang mempedulikan kegagalan, kesuksesan, kebaikan dan keburukan saya, jadi saya tidak bisa menutup mata untuk semua tindakan mereka dan saya tidak bisa menutup telingah untuk tidak mendengarkan celoteh mereka tentang saya. Saya ini mahluk social yang kerap jadi korban takut orang bilang “A”, takut orang punya presepsi “B” kuatir orang akan menganggap saya “C”. Saya harus bagaimana? Tapi, di sisi lain saya mempunyai sahabat-sahabat yang sangat menyenangkan dan saya takut menceritakan masalah saya ini kepada mereka, karena takut mereka akan bersedih dan berpikir saya ini ngaco. Apalagi setelah momentum indah semalam, saya semakin menyayangi mereka dan takut berpisah dengan merekah. Sahabat-sahabat saya yang sudah saya anggap seperti kakak-kakak saya. Ah..tawa canda mereka sepanjang jalan Ijen di Malang Tempoe Doeloe semalam benar-benar membekas di hati saya. Ada saja yang membuat saya tertawa dari tingkah mereka. Buat Mas Eric, Mas Gangga, Mas Cahyo, Mas Rizky, Mbak Uum, Mbak Darmy, Mas Chandra, Shandy dan adikku Nindi Aku nggak akan pernah ngelupain kalian di manapun dan kapanpun dan juga apapun keputusan saya dalam hidup nanti. Kalian akan tetap di hati saya, saya berharap nanti akan ada momen-momen yang bisa menyatukan kita kembali. Semalam aku benar-benar bahagia kita bersepuluh bisa pergi bersama-sama.

No comments: